Jumat, 03 Mei 2013

Shohibul Iman : Politik bagi PKS adalah persoalan pengendalian




Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Ikhwan akhwat fillah…

Para pengurus DPD, DPC, dan DPRa se-kabupaten Tasikmalaya yang saya cintai dan saya banggakan. Puji syukur kita panjatkan pada Allah SWT. Secara khusus saya secara pribadi karena pada hari ini Allah mentakdirkan saya berada ditempat ini yang mungkin dalam sejarah partai baru kali ini saya berdiri di seluruh jajaran pengurus sekabupaten Tasikmalaya dari DPD sampai dengan DPRa. Tapi mungkin dengan beberapa sudah pernah.Tapi ini adalah momen yang sangat luar biasa dan tadi saya begitu masuk sangat kaget juga ternyata sudah membludak sampai diluar. Tentu saya ingin bersama-sama antum sekalian mendoakan semoga shalawat dan salam Allah limpahkan pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, dan seluruh pengikutnya sampai akhir zaman termasuk kita sekalian.

Ikhwan akhwat fillah…

Tadi sudah disampaikan oleh moderator maupun oleh ustadz Asep beberapa hal yang esensial dalam dakwah kita dan partai kita bahwa bagi kita berpartai itu adalah bukan semata-mata bentuk kekuasaan, bukan semata-mata menempatkan seseorang pada suatu posisi yang mungkin dipersepsi oleh orang selalu memberi kemudahan-kemudahan.Itu tidak kita pungkiri bahwa itu memang ada. Perjuangan kader-kader ini bukanlah untuk menempatkan seseorang pada posisi tertentu. Dalam platform PKS, politik dalam bahasa arab artinya siyasah, sais kalau kita mengendara delman, pengendalinya bernama "sais". Jadi politik bagi PKS adalah persoalan pengendalian. Apa yang dikendalikan?


SIYASAH

Pertama adalah Siyasah Dzatiyah

Dalam platform disebutkan bahwa pengendalian harus dimulai dari Siyasah Dzatiyah: pengendalian diri. Jadi kalau kita sudah bisa mengendalikan diri kita, maka dalam pandangan PKS kita sudah berpolitik. Jadi tidak perlu jauh-jauh berpolitik itu. Mengendalikan diri kita saja itu sudah berpolitik.

Kedua adalah Siyasah A'iliyah (siyasah usroh)

Yaitu pengendalian keluarga kita. Jadi kalau seorang ayah, ibu bisa membuat keluarganyasakinah mawaddah warahmah maka dia sedang berpolitik. Dalam pengertian pengendalian. Jadi antum semua ini sebetulnya sudah menjadi politisi semua, dalam pengertian PKS seperti itu.

Ketiga adalah Siyasatul Mujtama'

Yaitu bagaimana kita mengelola mengendalikan masyarakat supaya menjadi masyarakat yang baik dan tertib. Maka saya terus terang saja belakangan ini menerima kabar dan saya menjadi terharu, ini kejadiannya kebanyakan ada di DIY, itu kader-kader kita yang menjadi kepala desa/dusun sekarang banyak disana.Saya selalu mendengar kabar begitu ada kader yang menjadi kepala dusun. Luar biasa, karena posisi itu sekarang kurang diminati, namun kader kita ada yang mau menekuni. Bahkan ada seorang akhwat menjadi kepala dusun dengan suara aklamasi, karena dia diakui eksistensinya oleh masyarakat itu, jadi tidak perlu lagi ada kampanye. Kader-kader kita sudah berpolitik dalam pengertian PKS yaitu Siyasatul Mujtama'.

Terakhir adalah Siyasatul Daulah

Ini yang kita bayangkan, politik itu-itu saja. Jadi pertarungan memperebutkan bagaimana mengelola negara. Itu sebetulnya adalah tahap akhir. Sebetulnya bukan tahap akhir, nanti ada politik pengendalian dunia. Tapi dalam konteks kita sebagai bangsa itu adalah hak terakhir, karena itu tatibnya atau maratibul amal-nya. Jadi orang yang tidak berhasil mengendalikan dirinya, keluarganya tidak mungkin dia akan menjadi pejabat publik yang mampu mengendalikan negara.

Betapa mulianya berpolitik dalam pandangan kita yaitu Islam yang kemudian kita masukkan dalam platform PKS. Antum bisa baca agar antum semakin mantap bahwa kita bergerak di PKS ini bulan semata-mata untuk mendudukkan seseorang pada suatu posisi tapi kita punya tujuan yang sangat mulia.


VISI

Yang kedua ini untuk memperkuat hal tersebut, saya sering katakan bahwa di Indonesia bahkan dunia, mungkin PKS ini satu satunya partai yang mempunyai level 4 visi. Visi bukan hanya satu tapi empat. Visinya itu saja empat level.

Visi pertama adalah Visi Pengkaderan

Yaitu bersih, peduli, profesional. Itu sudah harus menjadi satu hal yang mendarah-daging dan terintegrasi dan itu sudah menjadi ciri partai dalam AD ART. Antum jangan kemudian mengatakan cinta, kerja, harmoni itu menggantikan, bukan. Cinta, kerja harmoni ini menjadi tagline menghadapi 2014, supaya antum tambah semangat. Bahwa antum bekerja dan bergerak itu berdasarkan cinta dan karena cinta tentu ingin berkorban dan bekerja demi masyarakat. Jika kader sudah memberikan cinta, memberikan satu bakti bekerja, insya Allah masyarakat akan harmoni. Tetapi visi pada level kader itu bersih, peduli, profesional.Silakan antum baca di AD/ART yang sudah kita serahkan ke KPU.

Visi kedua adalah Visi Kelembagaan

Menjadi partai dakwah yang kokoh dan transformatif untuk melayani bangsa. Jadi SDM-nya bersih, peduli, profesional itu kemudian akan menciptakan level kedua partai dakwah yang kokoh. Pertanyaan saya, mungkinkah partai kokoh akan tercipta kalau kadernya tidak bersih, tidak peduli dan tidak profesional. Tidak mungkin. Jadi kalau kita ingin mempunyai partai dakwah yang kokoh, maka harus berawal dari kebersihan kader-kadernya dan profesional dalam bekerja. Baru partai dakwah yang kokoh dan transformatif akan tercipta.

Visi ketiga adalah Visi Nasional (kebangsaan)

Jadi pembinaan, kelembagaan dan kebangsaan. Itu yang ditulis dalam platform PKS 25 tahun ke depan, mewujudkan masyarakat madani yang adil, sejahtera dan bermartabat. Kita yakin, PKS yang kadernya bersih, peduli, profesional kemudian memang partainya kokoh dan transformatif. Berarti kalau kokoh tidak pernah ada gonjang ganjing dan saling sikut di dalam.Kemudian semuanya berbicara tentang transformatif: Ishlah dan ishlah yaitu perbaikan. Masyarakat madani yang adil, sejahtera dan bermartabat itu insya Allah akan dapat diciptakan oleh PKS dan kader-kadernya.

Visi keempat adalah Visi Peradaban

Ini adalah sebuah cita-cita kita agar Indonesia yang penduduknya mayoritas muslim terbesar di dunia menjadi guru peradaban dunia, menjadi penyokong peradaban dunia. Semua kita gaya-gayaan pakai hp, tapi buatan orang lain. Kita hanya pengguna saja, dan tidak pernah menciptakan teknologi baru. Kita tidak menyumbangkan apa apa pada peradaban dunia. Kita inginnya Indonesia yang sudah madani itu kemudian adil dan sejahtera dan bermartabat itu menjadi soko guru peradaban dunia. Teknologi baru itu nanti munculnya dari Indonesia. Ada pemikiran baru, lahirnya dari Indonesia (muslim Indonesia), itulah yang kita cita-citakan. Betul kata ustadz Asep tadi, terlalu mahal perjuangan kita jika cita-citanya terlalu cetek, menempatkan 43 BCAD dari Tasik. Tapi kita punya cita-cita besar. Ini harus menjadi sesuatu yang terus mengiang-ngiang dalam benak kita.

Ikhwah fillah…

Untuk itu semua, sebagai pengantar terakhir, saya menitipkan beberapa hal, pertama luruskan niat kita, apa benar saya bicara disini saya selalu lurus niat kita, yang tahu hanya diri kita, istri saja belum tentu tahu. Benar tidak niat kita masih lurus. Istri saja belum tentu tahu. Maka marilah kita terus menerus menyehatkan qalbu kita. Niat kita luruskan. Niat yang lurus itulah Inilah modal dalam pencapaian keempat level visi. Kalau tidak ada niat yang ikhlas dakwah ini bisa hancur. Saya sering mengatakan meskipun kita ini jamaah manusia, kenapa dakwah ini masih tetap tegak mungkin karena banyak orang-orang ikhlas disini dan kita tidak tahu siapa yang ikhlas disini, diri kitakah? antum semuakah? yang tahu hanya Allah SWT. Apakah otomatis yang duduk di DPR itu yang paling ikhlas? belum tentu, itu semua ada di tangan Allah SWT. Tugas kita adalah bagaimana betul-betul kita menata hati.

Kedua, rapatkan barisan. Jadi kokohkan barisan kita, seperti yang saya katakan bahwa kita harus betul betul menciptakan ukhuwah yang baik, jangan saling sikut, apalagi disampaikan ustadz Asep tadi mengenai sistem pemilu yang terbuka, proporsional terbuka yang otomatis suara terbanyak. Itu kan kalau tidak dikelola dengan baik maka perasaan yang baik dan ikhlas. Maka jangankan dengan partai lain, sesama kita saja bertarung. Ini saya tidak akan cerita dimananya. Namun ada diantara kita yang saling tempel-tempel foto. Foto kader kita ditempel sama foto kader kita juga. Ini kalau sudah begini, menurut saya, yang kasihan itu kader sendiri. Ternyata yang diberi amanah oleh kader itu justru tidak baik. Saya yakin di Tasikmalaya tidak ada. Maka tingkatkan ukhuwah. Maka PKS kemarin berjuang dengan sistem proporsional tertutup, sehingga tidak ada saling sikut.

Ketiga, bekerja, bekerja dan bekerja. Kita harus semakin mendekatkan diri pada masyarakat, jangan menjauh dari masyarakat. Tidak boleh jika masyarakat disana dan kita disini. Kita ini berasal dari masyarakat, bukan dari langit. Kita mendapatkan amanah jadi pimpinan bukan karena dari langit. Kita ini bersama mereka tadinya.Kita berbuat dan bekerja bersama mereka. Kita harus bersama mereka. Dalam konteks bekerja ini selain kita bekerja dengan baik dan bersama masyarakat. Ada satu hal yang ingin saya titipkan, Ustadz Asep mengatakan tantangan 2004, berita dari pusat dari 1999 sampai 2004 itu membuat kita bangga, aman-aman saja. Lalu 2009 kita mulai mendapat tantangan karena pertarungan ini semakin sengit. Karena kita sadar kita ini sedang berdakwah dalam menegakkan kebenaran, maka pertarungannya akan kuat.

Karena itu dalam bekerja harus perlu kalkulasi, harus menyadari kelemahan dan jangan sembrono dalam bekerja. Teman-teman kita ini karena punya HP, kadang-kadang obrolan apa saja disebar, niatnya sih bagus karena ingin bekerja dan menghemat tapi tidak pada tempatnya. Ini menjadi makanan empuk mangsa bagi orang-orang yang menginginkan PKS hancur. Harus hati-hati. Kita tidak punya kelemahan saja dicari-cari, apalagi kalau kita punya persoalan. Ada operasi cumi-cumi yang kerjaannya mencari-cari kesalahan orang. Pertama luruskan niat, rapatkan barisan, bagaimana antum membuat perencanaan matang dan bekerja. []


Sumber: Rangkuman orasi Ust. Shohibul Iman dalam Temu Kader se-Tasikmalaya

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More