Kamis, 27 Februari 2014

Kader Non Caleg Ini Ikhlas Jual Rumah Tinggalnya

pkspasarmanggis - Jual harta benda pribadi untuk modal kampanye mungkin hal biasa. Calon anggota legislatif (caleg) memang perlu modal besar untuk sosialisasikan dirinya. Namun apa jadinya jika ada kader non caleg yang sampai rela menjual rumah tempat keluarganya berteduh untuk kampanye PKS? Dia makhluk langka!


Ini kisah nyata dari Mojoroto Jatinom, Sidoharjo, Wonogiri. Sebuah kabupaten di perbatasan Jawa Tengah. Faqih (38 tahun) ikhlas menjual rumah tempat tinggalnya untuk modal kampanye meraup 3000 suara PKS. Dia ingin partai dakwah ini menang di daerah pemilihannya di Sidoharjo.Pria sederhana ini tak rela jika PKS tak dapat kursi di Dapil 2 Wonogiri hanya karena masalah dana.

Faqih, bukanlah caleg. Bukan pula petinggi elit partai. Dia hanya seorang kader biasa. Seorang wiraswasta kecil yang penghasilannya tidak menentu. Ingin dirinya berinfaq untuk kemenangan partai dakwah ini, tapi apa daya tabungan pun tak ada. Hanya rumah yang ditinggali Faqih beserta istri dan empat anak, harta paling berharga yang dimilikinya.

Setelah berunding dengan istriya, SMS pun dilayangkan Faqih kepada pimpinan partai. “Pak, njenengan sampaikan k Pak Hadi (Ketua Badan Pemenangan Pemilu DPW PKS Jateng, Red) atau siapa kalau berkenan. Ane lg mau jual rumah dan pkarangane u kampanye PKS Pak yg d Mojoroto Jatinom. Harga pasaran 120 jt, tp mau aku jual 80 jt aja Pak, yg separo u kampanye sidoharjo Pak. Kondisi rumah skrg lengkap sangat layak pake, tanah 430 m2. Pengin iuran kampanya tp belum ada uang, biar ada 3000 suara u sidoharjo…”

Jika hasil penjualan rumahnya telah terkumpul, Faqih berniat menginfaqkannya untuk pemenangan PKS di kecamatan Sidoharjo yang masuk dalam Dapil 2 Wonogiri (Ngadirojo, Nguntoronadi, Girimarto, Jatipuro dan Sidoharjo).

Subhanallah.Benarlah firman Allah dalam QS. Al-Kahfi : 46:

الْÙ…َالُ ÙˆَالْبَÙ†ُونَ زِينَØ©ُ الْØ­َÙŠَاةِ الدُّÙ†ْÙŠَا ÙˆَالْبَاقِÙŠَاتُ الصَّالِØ­َاتُ Ø®َÙŠْرٌ عِÙ†ْدَ رَبِّÙƒَ Ø«َÙˆَابًا ÙˆَØ®َÙŠْرٌ Ø£َÙ…َلا

”Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi shalih adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”


Sumber: PKS Jawa Tengah

Melongok Kepribadian Sang Presiden di Mata Sang Guru

pkspasarmanggis - Awal tahun 1980 datang seorang anak kecil bersama pamannya ke Pesantren Darul Arqam untuk mendaftarkan diri sebagai santri. Anak bertubuh kurus itu menjadi santri paling kecil diantara ratusan santri lainnya.




Demikian penuturan seorang guru di Pondok Pesantren Darul Arqam, Ustadz Abdul Djalil Thahir ketika bincang-bincang santai bersama tim media Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sulawesi Selatan (Sulsel) baru-baru ini.

"Santri kecil itu bernama Anis Matta, bocah bertubuh kecil tapi pemberani," kata Abdul Djalil

Abdul Djalil melanjutkan ceritanya bagaimana Anis Matta dalam usia 11 tahun mampu menjadi santri yang melebihi santri-santri lainnya. "Awalnya banyak santri yang tidak memperhitungkan Anis Matta, namun dengan berjalannya waktu, anak itu memperlihatkan kemampuannya, kecerdasannya dan kepiawaiannya dalam berkata-kata membuatnya diakui oleh semua santri Darul Arqam," tuturnya.

Sosok Cerdas dan Disiplin

"Di Pesantren ini, kalian harus siap 'dipalu', 'digergaji', kalian memang tidak merasakan manfaatnya saat ini, tapi kalian akan merasakan manfaatnya saat keluar nanti," demikian nasihat yang seringkali dilontarkan Abdul Djalil kepada ratusan santrinya.

Abdul Djalil yang merupakan guru bahasa arab di Darul Arqam mengatakan bahwa Anis Matta sosok santri yang disiplin, Anis diakuinya tidak pernah terlambat datang ke kelas.

“Saya sangat tegas jika mengajar, santri yang terlambat boleh mengikuti pelajaran tapi dengan syarat berdiri sampai pelajaran usai. Anis Matta tidak pernah terlambat mengikuti pelajaran, dia anak yang rajin,” ungkap lelaki kelahiran 1945 ini.

Di Pesantren, lanjut Djalil, Anis Matta adalah sosok yang ramah, dia tidak punya musuh dan tidak pernah bertengkar. "Dia disukai banyak orang karena kecerdasan dan kebaikannya," ungkapnya.

Nasi Kecap yang Membuatnya Jadi Orang Besar

Anis Matta pernah menceritakan dalam orasi-orasinya ketika melakukan konsolidasi dengan kader di daerah bahwa menu sarapan paginya hanyalah seporsi nasi kecap. Namun dari nasi kecap itulah ia kelak akan menjadi orang besar, begitulah guru-gurunya sering menasehatinya.

Selain nasi kecap, sumur tempat para santri mandi pun jauh dari dari pondok, berjarak 1 kilometer dan dikelilingi kubangan kerbau, membuat air sumur tersebut bau.

"Yah, nasi kecap dan air bau itulah yang membuat Anis menjadi orang besar dan berkarakter," ujar Abdul Djalal. Apa yang dinasehatkan para gurunya ternyata benar adanya.

Dan kini ada dua santri cerdas luluan Darul Arqam, Anis Matta yang kini menjadi Presiden PKS dan Shamsi Ali yang kini menjadi Imam Besar di Amerika Serikat.

Sosok yang Kritis

"Kalau kamu tidak bisa melawan dan memgalahkan saya, berarti kamu bukan murid saya" itulah kalimat yang pernah terlontarkan dari Abdul Djalil kepada Anis semasa berpondok di Darul Arqam.

Salah satu karakter Anis Matta yang disukai oleh Abdul Djalil adalah sikap kritisnya. Dalam usia masih belasan tahun, Anis berani menyampaikan kritikannya jika merasa tidak sesuai dengan pendapatnya. Menurut Abdul Djalil itu adalah karakter pemimpin. Ayah dari delapan anak ini menceritakan sikap kritis Anis Matta yang tidak bisa dia lupakan.

“Saat itu Anis Matta kelas 6 (Tiga Aliyah), kebijakan di pesantren, santri aliyah dimasukkan ke jurusan IPA, Anis dan teman-temannya tidak setuju, karena harusnya mereka di jurusan syariah dan tarbiyah, tapi karena saat itu saya lagi di luar kota mengikuti pendidikan selama 3 bulan maka dia belum sempat protes,” Kenang Abdul Djalil.

Menurutnya, Anis tidak bisa menahan gejolak ketidaksetujuannya, maka dia mendatangi rumah Abdul Djalil dan bertemu dengan istri Sang Guru, Khaeriah Abdul Jabbar.

“Bu, tolong berikan alamatnya ustad, kami mau kirim surat, kami tidak mau seperti ini,” protes Anis di depan istri Abdul Djalil.

Khaeriah tidak memberi dan mengijinkan Anis untu mengirimkan surat protesnya. “Tidak bisa, kamu tidak boleh mengganggu suami saya yang sedang ikut pendidikan, kalau mau protes nanti saja ketika dia sudah pulang,” tegas Khaeriyah menolak permintaan Anis, maka Anis pun menahan keinginannya hingga Sang Guru kembali ke pesantren.

Saat kembali dari pendidikan, Abdul Djalil melihat gejolak dan sikap kritis di mata Anis, maka dia menjelaskan semua hal yang berkaitan dengan kebijakan pesantren.

“Kenapa kalian tidak mau belajar IPA? Padahal dalam Al-quran itu isinya tentang alam dan cara mengatur alam,” kata Abdul Djalil menjelaskan panjang lebar di depan ratusan santri, Anis mendengarkan dengan seksama.

Setelah itu tidak ada penentangan, Suami dari Khaeriyah Abdul Djabbar itu sangat paham bahwa Anis memang kritis jika tidak ada hal yang sesuai dengan pemikirannya, namun setelah mendapat penjelasan dan masuk akal maka dia akan menjadi orang yang sangat patuh.

Sosok Cinta Membaca dan Menulis

Siapa yang tidak mengenal Anis Matta dengan buku Serial Cinta nya. Ternyata Putra kelahiran Bone itu telah memulai karir menulisnya saat dia masih di Pesantren Darul Arqam, tulisan sastra berupa puisi pernah dimuat di koran lokal, dan tulisannya juga sering menghiasi buletin iqro, buletin yang diterbitkan oleh Pesantren Darul Arqam.

Anis adalah sosok yang selalu menggunakan waktunya dengan baik, tidak ada waktu yang dibiarkan terbuang percuma, dia selalu mengisi waktu luangnya dengan membaca.

“Makanya kalau dia berbicara, dia bisa menyambungkan peristiwa-peristiwa, itu semua didapat dari membaca,” ungkap lelaki pendiri Pesantren Darul Aman itu.

Menjadi Sekretaris Sejak Aliyah

Abdukl Djalil pernah mengatakan bahwa jika ingin menjadi ketua yang sukses, jadilah sekretaris yang sukses. Hal ini diterapkan dengan baik oleh Anis Matta dalam sepak terjanganya di dunia organisasi.
Sebelum menjadi presiden Partai Keadilan Sejahtera, Anis Matta adalah Sekretaris Jenderal sejak Partai Keadilan terbentuk pada tahun 1998.

Pengalaman menjadi sekretaris ternyata sudah dijalani oleh bintang Darul Arqam itu sejak kelas 5 (2 Aliyah). Saat itu Anis menjadi sekretaris OSIS yang diketuai oleh Thalabuddin Welete.
Abdul Djalil yang juga pembina OSIS sengaja menempatkan Anis sebagai sekretaris karena dia melihat ada karakter kepemimpinan dalam dirinya.

“Sekretaris yang sukses bisa menjadi ketua yang sukses, sedang ketua yang sukses belum tentu menjadi sekretaris yang sukses,” kata Abdul Djalil kepada Anis Matta saat itu.

Anis menjalankan tugasnya sebagai sekretaris OSIS selama satu tahun, Abdul Djalil menganggap bahwa dia sukses menjadi sekretaris saat itu.

Bintang di Dalam dan Luar Pesantren

Jika Anis menjadi presiden RI, maka Shamsi Ali jadi menteri luar negerinya. Demikian dikatakan Abdul Djalil dalam wawancaranya kepada tim media PKS Sulsel.

Anis Matta menyelesaikan pendidikan di Darul Arqam pada tahun 1986 sebagai lulusan terbaik. Dia menjadi bintang di Darul Arqam, tidak ada yang bisa menggeser Anis dari posisi pertama hingga kelulusannya. Abdul Djalil menuturkan bahwa salah satu santri yang sama cerdasnya dengan Anis Matta adalah Shamsi Ali, santri dari Kajang Bulukumba yang saat ini menjadi Imam Besar di Amerika Serikat. Shamsi Ali adalah Junior Anis Matta.

“Anis angkatan 1986 sedang Shamsi Ali angkatan 1987. Mereka sama-sama cerdas," ungkap salah satu pendiri Yayasan Pembina Dakwah Islamiyah itu.
Lelaki yang juga perintis Pesantren Darul Istiqamah ini menyatakan bahwa Jika Anis Matta menjadi Presiden RI maka Shamsi Ali layak menjadi menteri luar negeri.

“Mereka adalah sosok yang cerdas, sahabat akrab, jiwa leadership ada pada diri mereka," lanjut sosok yang juga menjadi calon DPD RI nomor urut 4 ini.

Bintang Darul Araam itu serasa tidak pernah redup, setelah kelulusannya daripesantren, Anis melanjutkan kuliah di LIPIA Jakarta. Kecerdasannya terus bersinar hingga ia ditawarkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan S2 di Saudi Arabia. Namun Anis menolaknya, ia lebih memilih keasyikannya dalam tarbiyah di bumi pertiwi.

Keputusan Anis sempat merisaukan sang Guru. Namun Abdul Djalil meyakini bahwa Anis sudah menimbang-nimbang keputusannya.

"Saya lebih memilih untuk dalam tarbiyah disini ustadz (di Indonesia. red)," ujar Anis saat itu. Anis menjelaskan alasannya bahwa ia lebih memilih gerakan tarbiyah yang kini menjadi cikal bakal berdirinya Partai Keadilan yang saat ini telah berubah nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

“Lihatlah, itu adalah keputusan yang tepat, dia memang cerdas dan penuh pertimbangan. Gerakan tarbiyah yang dia pilih menjadikannya dikenal seperti sekarang," kata Abdul Djalil sembari tersenyum mengisahkan Anis Matta.

Dengan kesibukannya yang sangat padat sebagai presiden PKS dan salah satu kader yang dijadikan calon presiden dari PKS, Anis tidak sendiri dalam menjalani tugasnya. Ahmad Sahal, anak ke-4 dari gurunya menjadi sekretaris pribadinya.

Ahmad Sahal sendiri adalah seorang penghafal Al-qur’an sejak usianya masih belasan tahun, dia menghafal Al-quran di Pakistan saat mengikuti ayahnya yang sedang kuliah di Universitas Internasional Islamabad. Sahal adalah orang asing pertama yang menghafal Al-quran 30 juz di Islamabad. Dari Ahmad Sahal inilah Sang Guru mendapatkan informasi tentang keseharian Anis Matta.

Pesan Sang Guru untuk Sang Presiden

Abdul Djalil tidak meragukan kemampuan murid terbaiknya itu. Menurutnya, Anis memang layak menjadi Presiden RI.

"Niat untuk menjadi RI-1 harus dipermantap, karena kamu memenuhi persyaratan untuk itu," pungkasnya.


Sumber: anismatta.net

Rabu, 10 Juli 2013

Galeri Jalan Sehat Sambut Ramadhan 1434 H



pkspasarmanggis - Menyambut Ramadhan tidak mesti di Masjid dan mendengarkan ceramah. DPRa PKS Pasar Manggis punya cara unik menyambutnya, yakni Jalan Sehat. Dihadiri ratusan warga kelurahan Pasar Manggis dan Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Triwicaksana atau yang akrab disapa Bang Sani serta puluhan hadiah membuat Jl. Bogor Lama di Ahad pagi, 7 Juli 2013 meriah.


Warga memenuhi Jl. Bogor Lama untuk ikut Jalan Sehat bersama PKS



Triwicaksana (Bang Sani) menyapa warga peserta Jalan Sehat



Warga antusias mendengar Bang Sani memberikan sambutan.



"Wah Bang Sani gantengan aslinya daripada gambar dispanduk." Celetuk warga, ketika Bang Sani menyapa warga.



Persiapan Jalan Sehat



Dengan gembira, warga bergerak mengikuti rute Jalan Sehat



Depan kantor DPC PKS Setiabudi, peserta Jalan Sehat menyerahkan nomor door price kepada panitia



Dengan Cinta menjadikan senyum warga saat dirinya dapat door price



Kerja berlandaskan Cinta membuat Ustadz Ridwan pun tersenyum



Hadiah utama Jalan Sehat, sepeda lipat. Siapa ya yang dapat?



"PKS... Yes!!! Walau diterpa badai, PKS senantiasa dinanti." ujar Bang Sani.

Senin, 17 Juni 2013

Salah Sita, KPK & Media "Bungkam Seribu Bahasa"



pkspasarmanggis - Segenap perasaan singgah di dalam diri saya, kala mendengar dan membaca berita tentang pengembalian sebuah mobil fortuner yang disita oleh KPK pada bulan Mei lalu kepada PKS. Awalnya mobil ini diduga merupakan salah satu harta kekayaan milik Ustadz Luthfi Hasan Ishaaq (LHI) dari hasil “kejahatan”nya dalam kasus Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU). Namun setelah dilakukan pengecekan, ternyata mobil itu bukanlah kepunyaan Ustadz LHI melainkan milik Ahmad Zaky, yang tak lain adalah asisten dari Ustadz LHI.

Marah, kesal, miris tapi juga sekaligus geli. Alangkah naifnya lembaga sekelas KPK melakukan tindakan yang tidak masuk akal, dan (maaf) menurut saya sangat ceroboh sekali. Teringat oleh saya, bagaimana semangat dan ngototnya KPK saat akan menyita mobil-mobil Ustadz LHI di kantor DPP PKS (7/5/2013). Dimana proses penyitaan itu dilakukan pada malam hari dan tanpa membawa surat bukti penyitaan pula. Sehingga tak heran jika tindakan unprosedural itu mendapat perlawanan (pencegahan) dari pihak keamanan DPP PKS yang bertugas pada malam kejadian itu.

Dan teringat juga oleh saya, bagaimana gencar dan masifnya awak media (cetak, elektronik, social media) memblow-up peristiwa itu selama berhari-hari dalm bentuk berita yang “miring” semua. PKS melawan KPK, PKS tidak kooperatif terhadap KPK, PKS tidak mendukung pemberantasan korupsi di Indonesia dan lain sebagainya. Itulah judul dan isi berita yang beredar di masyarakat ketika itu. Tak ada satupun media yang mengupas atau mengangkat isu tentang kelalaian KPK dalam melakukan proses penyitaan tersebut. Semua media sepakat serta beramai-ramai menyalahkan dan membantai PKS, yang memang sudah menjadi “pesakitan” sejak ditangkapnya Ustadz LHI lantaran dituduh terlibat dalam kasus suap impor daging sapi (30/1/2013).

Sangat kontras dengan kejadian sekarang, dimana adanya pengembalian salah satu mobil yang disita oleh KPK kepada PKS, hampir tak ada media yang bersedia memblow-up-nya. Mereka pura-pura (atau) tidak tahu. Karena bagi media (sekuler), berita ini sangat tidak menarik dan tidak menguntungkan. Jika berita ini diangkat, mereka khawatir justru akan menjadi bumerang bagi mereka. Dimana akan memberikan dampak positif bagi PKS, akan membersihkan nama PKS. Dan yang paling mereka takutkan adalah masyarakat akan berbalik simpati kepada PKS, kemudian menghakimi KPK dan media yang telah melakukan tindakan sewenang-wenang kepada PKS. Itulah yang tidak mereka harapkan sama sekali. Naif memang…

Berita tentang pengembalian mobil fortuner ini justru banyak beredar di dunia maya melalui media social, yang itupun sebagian besar dilakukan oleh web/situs milik kader-kader PKS. Untuk itu, saya menaruh respek dan sangat salut dengan kerja rekan-rekan PKS yang jatuh bangun meng-counter berita-berita miring tentang PKS. Karena memang tak bisa berharap banyak dari media-media (sekuler) tersebut.

Namun dibalik semua itu, terkait dengan salah sita yang telah dilakukan oleh KPK terhadap harta (mobil) Ustadz LHI, disini saya mencatat beberapa sikap arogan KPK yang memang belum (tak pernah) berubah, yaitu mobil yang disita itu disuruh ambil sendiri oleh pihak PKS (15/6/2013), tidak adanya permintaan maaf dari pihak KPK kepada PKS, terutama kepada Ustadz LHI. Walaupun memang ada pernyataan dari jubir KPK (Johan Budi) mengenai proses pengembalian mobil tersebut, tapi isinya bukanlah permintaan maaf. Serta belum adanya niat untuk memulihkan nama baik Ustadz LHI dan juga PKS yang telah tercemar.

Menurut saya, sebagaimana dulu getol dan gencarnya KPK dan media meng”hakimi” Ustadz LHI dan juga PKS, sebegitu pula hendaknya mereka bisa berlaku adil dan profesional terhadap permasalahan ini. Namun sayangnya, keegoisan dan “kebencian” kepada PKS menutup mata dan hati mereka.

Wahai KPK, dimanakah letak hati nuranimu?
Wahai media (sekuler), dimanakah letak hati nuranimu?
Tak sadarkah bahwa akibat ulah dan sikap tak adil kalian, banyak jiwa yang tersakiti? Banyak jiwa yang terdzalimi? Apakah tak pernah terpikir oleh kalian, bagaimana seandainya kalian atau saudara kalian yang mengalami hal serupa dengan Ustadz LHI dan keluarganya? Bagaimana seandainya kalian yang berada di dalam barisan PKS yang saat ini kalian jadikan bahan “permainan”? Tidak tahukah kalian, bahwa tak ada hijab antara Allah SWT dengan doa orang yang terdzalimi? Maka berhati-hatilah terhadap doa orang yang didzalimi, karena doa itu akan diijabah oleh Allah SWT...

Wallahu a'lam bishshowab...

Anis Matta Ajak Kader di Riau Lupakan Badai yang Menerpa PKS



pkspasarmanggis - Dihadapan ribuan kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) se- Riau. Presiden PKS, Anis Matta menghimbau agar seluruh kader PKS segera melupakan berbagai permasalahan yang sedang menimpa PKS.

“Badai pasti berlalu, segera lupakan masalah yang sedang menimpa,” kata Anis Matta saat bersilaturrahim dengan kader PKS se- Riau di Gelanggang Remaja, Pekanbaru, Sabtu (15/06/13).

Anis Matta pun memberikan tips agar bisa melupakan masalah yang ada, salah satunya dengan melupakan segera masalah itu dan perbanyak tidur.

“Jangan menganggap masalah dan tantangan itu besar, anggap saja itu kecil. Masalah dan tantangan itu muncuk dari diri kita sendiri. Orang yang tidak baik dalam berorganisasi adalah orang yang takut berkorban dan menanggung resiko,” ungkapnya.

Diakui mantan wakil ketua DPR RI ini, akhir-akhir ini banyak masyarakat yang tidak percaya dengan partai dan politisi. Tapi, Anis Matta menghimbau untuk jangan takut dan khawatir karena itu.

“Solusinya, kasih sorotan mata kepada masyarakat dengan sering turun ke semua orang. Lihatkan wajah kamu ke orang itu, apakah ada wajah pembohong atau tidak. Sorotan mata bisa merubah keyakinan orang lain, Jadilah orang yang berpengaruh di tengah masyarakat,” pesannya.

Terakhir, Anis Matta pun berharap kepada seluruh kader PKS se- Riau agar membantu dirinya dalam mewujudkan cita-cita PKS pada pemilihan legislatif 2014 nanti, yakni masuk ke nomor tiga besar.

“Kalau kita minta masuk 3 besar, saya rasa itu tidak permintaan besar bagi tuhan. Perbanyak usaha dan do'a selalu untuk mewujudkan itu,” tutupnya.

Sebagai data tambahan, saat ini PKS sedang disorot kasus suap daging sapi impor yang dialami mantan presiden PKS, Luthfi Hasan Ishaq.


Sumber : riauterkini

Sesepuh Melayu Tuntut PKS Konsisten Tolak Kenaikan Harga BBM



pkspasarmanggis - Sesepuh dan pengurus Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau mengapresiasi sikap partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang menolak rencana pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Dukungan itu mencuat dalam acara silaturahim Presiden PKS Anis Matta dan jajaran Dewan Pengurus Pusat (DPP) PKS bersama para tokoh adat Melayu Riau di kantor LAM di Pekanbaru, Sabtu (15/6).

Ketua Umum Majelis Kerapatan Adat (MKA) Riau --lembaga sesepuh LAM-- Tennas Efendi mengatakan, penolakan PKS atas rencana kenaikan harga BBM merupakan aspirasi rakyat bawah. Dampak kenaikan, katanya, bakal kian menyusahkan masyarakat kecil. Sementara solusi yang ditawarkan pemerintah tidak komprehensif.

"Namun, jangan sampai sikap PKS berubah di tengah jalan. PKS harusnya konsisten," tukas Erwandi Yusuf, sekretaris MKA.

Atas dukungan sesepuh dan pengurus LAM tersebut, Presiden PKS Anis Matta mengatakan, penolakan partainya atas langkah pemerintah menaikkan harga BBM sama sekali tidak berhubungan dengan politik. Anis menyesalkan berbagai pihak yang membicarakan persoalan ini di luar kajian akademik ekonomi.

Menanggapi desakan agar PKS bersikap konsisten, Anis menambahkan, pandangan utuh partai bernomor pilih 3 ini akan disampaikan pada Rapat paripurna DPR, Senin (17/6) mendatang. Dalam rapat DPR ini, PKS melalui fraksinya akan menyampaikan sikapnya secara gamblang.

"Silakan nanti masyarakat menilai, apakah PKS benar-benar memperjuangkan aspirasi rakyat atau hanya setengah-setengah," tandas Anis.

Dalam silaturahim PKS-LAM, tetua dan tokoh muda Melayu Riau menyerahkan peta tanah ulayat masyarakat adat Riau. Peta ini, menurut Ketua LAM Riau Al Azhar, telah disetujui para tokoh lembaga adat dan para kepala desa.

Al Azhar menambahkan, konflik tanah adat dengan kalangan pengusaha khususnya terus berlanjut di Riau. "Setidaknya kini terdapat 267 titik konflik horisontal. Kami berharap kepada berbagai pihak, dan sekarang melalui PKS, agar membantu menyelesaikan persoalan tanah atau lahan milik masyarakat atau lembaga adat Melayu," tutur Al Azhar.

Peta lahan ulayat Melayu diserahkan langsung pengurus LAM kepada Anis Matta. Presiden menyatakan, akan mengambil langkah nyata guna penyelesaian berbagai konflik atas tanah adat di Bumi Lancang Kuning.

Presiden Anis Matta dan rombongan DPP PKS berada di Pekanbaru dalam rangka konsolidasi dan pembekalan para calon legislator (caleg) PKS se-Riau.


Sumber : republika

Ingin Fotonya Dipasang di Spanduk, Fatin pun Ikut Tolak Kenaikan BBM



pkspasarmanggis - Penolakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang dikhawatirkan akan semakin menyengsarakan rakyat ternyata tidak hanya dilakukan oleh partai politik, mahasiswa dan kalangan buruh. Jawara X Factor Indonesia, Fatin Shidqia Lubis, juga menyatakan penolakannya terhadap kenaikan harga BBM. Bahkan, penyanyi berkerudung itu ingin fotonya dijadikan spanduk penolakan kenaikan harga BBM.

Dalam penampilannya menghibur ribuan fans di Baruga AP Pettarani Unhas, Ahad (16/6), Fatin mengungkapakan kebanggaannya ketika melihat jejeran spanduk bergambar dirinya terpampang di ruas kota.

"Mungkin bagus gambar-gambar saya tersebut ditambah tulisan, Fatin tolak kenaikan BBM," tuturnya disambut tepuk tangan para fans.

Pemerintah berencana menaikkan harga BBM bersubsidi setelah 17 Juni 2013, tepatnya setelah persetujuan RAPBN oleh DPR hari Senin nanti. BBM jenis premium menjadi Rp 6.500 per liter dan solar jadi Rp 5.500 per liter. Sampai berita ini dimuat, tiga fraksi terang-terangan menolak kenaikan harga BBM. Yakni PKS, PDIP dan Hanura.


Sumber : kabarpks

Jumat, 14 Juni 2013

Tolak Kenaikan BBM, PKS Tidak Sendirian dan Dihadiahi Boneka Anak Macan



pkspasarmanggis - Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) dan eksponen Aktivis 98 beraudiensi dengan Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (FPKS) DPR RI, Kamis (13/6). Kedua komponen masyarakat ini menyampaikan persamaan sikap dengan PKS dalam menolak kenaikan harga BBM bersubsidi.

Kedua komponen diterima dalam waktu hampir bersamaan oleh Ketua Fraksi PKS, Hidayat Nur Wahid didampingi sejumlah anggota fraksi. Rombongan PB HMI dipimpin oleh Ketua Umum, Muhammad Arif Rosyid Hasan. Sedang Aktivis 98 dipimpin Ubedillah Badrun, mantan Ketua BEM IKIP Jakarta (Sekarang UNJ).

Dalam audiensi, Ketua Umum PB HMI menyampaikan, kehadiran para pengurus HMI adalah sebagai sharing partner dalam menyikapi kebijakan pemerintah yang akan menaikkan harga BBM. HMI melihat PKS adalah partai yang konsisten menolak kenaikan harga BBM. Karena itu, HMI ingin mengawal agar PKS tetap konsisten memperjuangkan kepentingan rakyat.

Meski menyadari ada aspek politis di balik pengambilan keputusan untuk mendukung atau menolak kenaikan harga BBM, HMI berupaya menggunakan akal sehat dalam melihat urgensi menaikkan harga BBM. Dari beragam kajian yang dilakukan, HMI berkesimpulan, saat ini harga BBM bersubsidi belum perlu dinaikkan.

"Jadi kalau PKS menolak kenaikan harga BBM, kami ingin mengatakan kepada PKS 'You are not alone'. Karena kami juga menolak kenaikan," tandas Arif.

Senada dengan HMI, rombongan Aktivis 98 juga menolak kenaikan harga BBM. Bahkan, mereka menyebut menaikkan harga BBM sama dengan menyengsarakan rakyat dan melanggar konstitusi UUD 1945.

Dalam pernyataan sikapnya, Aktivis 98 menyebut, kenaikan harga BBM berpotensi menaikkan jumlah rakyat miskin menjadi 13 persen atau bertambah 4-5 juta jiwa. Sementara, BLSM yang dijanjikan akan diberikan sebagai kompensasi, dinilai tidak memberi efek positif bagi penderitaan rakyat. Secara sistemik, juga akan menambah utang negara sehingga total utang RI bisa mencapai hampir 2.200 triliun.

"Dengan segala argumentasi itu, para aktivis 98 yang dulu menjadi aktor penting dalam lahirnya era reformasi ini menyatakan menolak kenaikan harga BBM bersubsidi karena berpotensi besar meningkatkan kesengsaraan rakyat dan melanggar konstitusi," tulis Aktivis 98 dalam pernyataan sikapnya.

Dalam kesempatan tersebut, para Aktivis 98 memberikan sebuah boneka anak macan sebagai simbol untuk terus berani memperjuangkan kepentingan rakyat.

"Ini memang anak macan. Tetapi, dia akan menjadi besar," kata Ubedilah.

Kepada kedua komponen tersebut, Hidayat menegaskan, keputusan PKS telah final. Yaitu membela rakyat kecil dengan menolak kenaikan harga BBM. Tidak ada perpecahan di PKS terkait sikap ini.

"Kalau nanti ada suara berbeda dari para menteri yang berasal dari PKS, itu adalah pernyataan sebagai pembantu presiden. Bukan pernyataan partai," tegas Hidayat.

Tentang desakan untuk menarik para menteri dari kabinet, Hidayat menjelaskan, PKS selalu berusaha menjunjung konstitusi. Para menteri adalah pembantu Presiden. Hanya Presiden yang memiliki hak untuk mengangkat dan memberhentikan para menteri.

Rabu, 12 Juni 2013

Galery Foto Aksi Kader PKS Tolak Kenaikan BBM di HI


pkspasarmanggis - Ratusan simpatisan dan kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DKI Jakarta menggelar aksi menolak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Bunderan Hotel Indonesia, Jakarta, Rabu (12/6). Dalam aksinya, PKS mendesak pemerintah agar lebih sensitif dengan kondisi ekonomi masyarakat Indonesia yang sebagian besarnya merupakan golongan masyarakat yang masih rentan miskin. PKS mengancam akan menggelar aksi lebih besar lagi sampai pemerintah mendengar aspirasi masyarakat Indonesia yang menolak kenaikan harga BBM.




Sumber:
Tim Photo Media DPW PKS DKI Jakarta

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More