Jumat, 22 Februari 2013

Politik Santun ala Ahmad Heryawan

pkspasarmanggis - Menyaksikan acara debat Cagub Jawa Barat yang ditayangkan TVOne semalam cukup mengesankan sekali. Salah satunya adalah apa yang ditampilkan oleh Ahmad Heryawan, salah satu kandidat dengan nomor urut 4.Tidak sedikit pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kandidat lain dengan nada memojokkan, menyerang bahkan menjatuhkan pada saat sesi Saling Uji antar Calon. Tapi sikap yang ditunjukkan calon yang dipanggel Aher ini sangat berbeda, bukan terjebak untuk menyerang balik lawan tapi justru beliau memberikan sikap yang konstruktif dengan memberikan pujian atau sanjungan terhadap pengkritik itu.



Berkali-kali juga pasangan lain memberikan kritik yang mengarah pada tuduhan-tuduhan dengan data-data. Namun semua dapat dipatahkan karena data yang diberikan tidak valid. Dan yang sangat menarik adalah saat Ahmad Heryawan dihujat dengan program “Sekolah Gratisnya” oleh pasangan Yance-Tatang , Aher justru membalasnya dengan pujian: Bahwasanya yang menjadikan inspirasi program pendidikan di Jawa Barat tersebut adalah keberhasilan program pendidikan di Indramayu. Lain lagi ketika pasangan nomor urut 4 itu diberikan kesempatan untuk menjawab “serangan” dari pasangan Dede Yusuf-Lex Laksmana, yang notabene kedua orang tersebut juga memiliki status yang sama sebagai petahan atau incumbent, Aher bisa saja membuka apa yang tidak diketahui publik (tentang kinerja) Dede Yusuf dan Lex Laksmana sebagai partner pemerintahannya, tetapi itu tidak dilakukannya. Aher justru mempersilakan pasangannya yaitu Dedy Mizwar untuk menanggapi. Dengan sikap yang elegan ini justru membuka mata publik bagaimana sikap bijak Ahmad Heryawan terhadap lawan-lawannya. Dan tentunya masih banyak lagi cuplikan debat semalam yang bisa kita telaah dan kita uji, seberapa tingkat kematangan para calon pemimpin Jawa Barat.

Sebuah fenomena yang mestinya kita kritisi secara bersama adalah setiap ada debat calon kepala daerah yang terjadi adalah satu calon dengan calon yang lain saling menyerang dan menjelek-jelekkan program. Mengapa mereka tidak fokus pada program yang ingin mereka ajukan? mengapa mereka tidak fokus mengambil hati rakyat dengan sebuah gagasan? mengapa justru lebih sibuk mengumbar kekurangan-kekurangan pemimpin sebelumnya? apakah tidak ada rasa percaya terhadap program mereka?

Apa yang ditunjukkan oleh Ahmad Heryawan semalam kemudian membawa saya pada ingatan tentang Debat calon pemimpin-calon pemimpin sebelumnya. Pertama adalah debat calon Gubernur Jakarta, yang menjadi obyek pengamatan saya adalah pasangan Jokowi-Ahok, saya menilai pola debat yang mereka lakukan sangat elegan. Saat seluruh calon lain secara membabi buta menjatuhkan lawannya terutama Fauzi bowo, Jokowi justru mengeluarkan statement yang sangat gentle, beliau mengatakan bahwa untuk membangun Jakarta itu semua sudah ada blue printnya sudah ada programnya, sejak zaman Pak Fauzi bowo, sejak zaman Bang Yos dan bahkan sejak Zaman Ali Sadikin. Artinya Jokowi sama sekali tidak menafikan pemimpin-pemimpin sebelumnya. Yang menjadi titik tekan adalah kalau programnya sudah bagus, kalau blue printnya sudah bagus dikerjakan, dikerjakan dan dikerjakan. Dikawal terus sampai benar-benar jalan. Dari situ saya sudah memiliki prediksi bahwa Jokowi sudah memenangkan hati para pendukungnya, maupun lawannya.

Kemudian saya bandingkan dengan acara debat calon presiden RI pada tahun 2009, yang saya perhatikan di sini adalah bagaimana cara JK menyampaikan. Saya masih sangat terkesan dengan berbagai terobosan yang beliau sampaikan. Saya dan bahkan hampir seluruh mahasiswa yang saya kenal sependapat dengan gagasan penyelesaian masalah; Lebih Cepat Lebih Baik. Namun ada satu celah yang menjadi kelemahan JK waktu itu, di mana beliau mengungkapkan semua sisi buruk dari metode kepemimpinan SBY yang sampai membuat muka SBY terlihat begitu kecut dan saya rasa seluruh pemirsa melihat bagaimana SBY sampai salah tingkah dan cukup terbata-bata dalam menjawab pertanyaan. Bahkan tak berhenti sampai di situ saja, JK sempat memberikan suguhan menarik dengan adegan sepatu kulit yang dia pakai yang merupakan produk dalam negeri. Apa yang dilakukan JK itu memang untuk kalangan pelajar, mahasiswa, pengusaha dan orang-orang terdidik telah memberikan kesan : hebat, salut, dan luar biasa terhadap sikap JK. Tetapi ternyata bagi kalangan tertentu terutama orang jawa, orang-orang di desa dan juga orang-orang sepuh dianggap sesuatu yang tidak simpatik sehingga terkesan SBY dizhalimi oleh JK, dan inilah menjadi kekalahan JK saat itu. Kalah untuk hati orang-orang yang semestinya mendukungnya dan kalah untuk hati lawannya.

Maka, sebuah pembelajaran buat para calon pemimpin yang akan maju ke depan untuk merenungi apa yang semestinya dilakukannya, apakah sibuk mencari-cari kekurangan lawan politiknya ataukah sibuk menyusun program-program unggulan untuk meraih hati para calon pemilih yang kemudian disertai dengan sikap elegan.

Akhirnya, terlepas apapun hasil Pilkada Jabar nantinya saya mengucapkan selamat kepada Ahmad Heryawan yang telah menang. Dalam hal ini memenangkan hati para pendukungnya dan hati lawannya.

Menutup tulisan ini, saya kutipkan perkataan Dicky Candra, “Semoga kita tidak menjadi orang yang merasa paling benar dan sempurna, hingga begitu ringannya kita menjelek-jelekkan orang lain hanya karena keinginan pribadi dan kelompok. Mari kita hargai perbedaan karena kesempurnaan hanyalah milik Allah. Dan apapun kata mereka tak akan merubah pendirian bahwa melanjutkan sesuatu yg baik walau mungkin “tidak sempurna” jauh lebih baik ketimbang “memulai segala sesuatunya dari NOL”

Sumber: Kompasiana

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More